Copast FB Akh Wildan Hakim: Asy syariyun
Copast dari Fb Akh Wildan Hakim.
Dalam tradisi & terminologi harokah ; Syar'iyyuun itu bukan saja para alumni fakultas syariah, alumni pondok dan para ahli agama saja. Tetapi bahkan mereka yang isti'aab terhadap manhaj.
Seringkali dan betapa banyak mereka yang bukan berlatar belakang syar'i secara keilmuan tetapi ketika mereka berinteraksi dengan manhaj secara utuh mereka lebih faqih dibandingikan mereka yang berlatar belakang syar'i dan bukan hanya menjadi munaadzir alfikry adda'wy wal haroky gerakan dakwah bahkan menjadi role model kader yang diinginkan oleh dakwah itu sendiri.
Di awal tahun 90-an terjadi perdebatan antara seorang DR. alumni Timteng yang mempertanyakan kebijakan "mu'aayasyah" yang dikenakan kepada para "syar'iyyuun" yang baru saja pulang ke tanah air karena dianggap kurang "anziluu annaasa manaazilahum".
Padahal kebijakan mu'aayasyah ini sebuah siyaasah hakimah alias wisdom approach untuk memberikan pendewasaan para "syar'iyyuun" agar lebih memahami realitas medan dakwah.
Itu dikarenakan selama ini mereka disibukan dengan tafaqquh yang sifatnya talqini di kawah candradimuka. Ketika mereka turun gunung maka proses tarbiyah maidaniyah adalah sebuah keniscayaan untuk mengeseimbangkan antara pertumbuhan dan pencapaian intelektual mereka dengan pemahaman yang utuh terhadap peta, medan dan dinamika dakwah di tanah air. Dan ini adalah proses tafaqquh yang sifatnya tajriby. Sebuah pengalaman berinteraksi dengan dinamika dakwah, jamaah dan harokah dan bahkan dinamika ummat dan keummatan. Jam terbang itu urgent.
Abah Hilmi saat itu mencoba menerapkan fikih dan siyasah al-ihtiwaa (baca; seni merangkul). Untuk merangkul para ikhwah syar'iyyun alumnus tafaqquh fieddien timteng dan pondok-pondok pun para ikhwah kauniyyuun alumnus kampus umum barat, jepang dan dalam negeri.
Masing-masing diberikan pendekatan ihtiwaa yang berbeda sesuai dengan kebutuhan tarbawi masing-masing. Masing-masing diberikan mahaadhin tarbawiyah atau pengasuhan tarbawi yang pas sebagai upaya untuk menjaga numuwwul harokah wa istimrooriyatuhaa; menjaga pertumbuhan harokah dan kesinambungannya.
Bahkan abah Hilmi selalu berupa menyatukan dan merakit mereka sebagai potensi dan aset harokah dengan kebijakan al-istiglaal al-amtsal li atthooqoh albasyariyah; optimalisasi pendayagunaan sdm harakah. Itu dikarenakan potensi dan aset dari harokah adalah para kadernya yang terawat secara tarbawi dengan baik dan apik. "Almuqaatiluuun biduuni attarbiyah qutthoo'u atthuruq" ; Para pejuang kalau tidak dijaga dengan tarbiyah yang baik dan apik tidak ada bedanya dengan para penyamun.... begitu tesis Syaikh Abdullah 'Azzam.
Dalam hal ini KH. Hilmi Aminuddin menegaskan :
"Untuk menghasilkan pertumbuhan, semua elemen harakah mestilah menyelenggarakan tarbiyah yang mustamirah (berkesinambungan). Program tarbiyah ini hendaknya dipegang teguh oleh setiap ikhwah dan menjadi pusat perhatian mereka yang utama.
Tarbiyah merupakan akar yang akan melahirkan bidang-bidang lain dalam harakah. Bila tarbiyah dalam jama’ah lesu, gerakan jama’ah pun akan berkurang. Bila ia keliru, gerakan dakwah pun akan menyimpang.
Tarbiyah dalam harakah ada dua sisi. Pertama, talqiniyah. Yaitu pembahasan suatu masalah Islam dalam bentuk halaqah atau liqo tarbawi. Ini intinya terdapat pada firman Allah,
كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ
“Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan al- Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS. Ali Imran, 3: 79)
Ajaran Islam tidak mungkin difahami kecuali dengan pembinaan yang pada hakekatnya merupakan upaya memahami serta menghayati Kitabullah.
Kedua, tajribiyah. Yaitu dengan menerima pengalaman lapangan langsung yang merupakan suatu pelajaran dari medan dakwah, Allah berfirman,
وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ ۗ
“Dan bertakwalah kepada Allah; dan Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah, 2: 282)
Ada pun yang menjadi inti dalam tarbiyah jama’ah ini adalah tercapainya keselamatan potensi harakah (salamatut thaqatil harakah)."
Comments
Post a Comment