Inspirasi UHA (209) : TIGA PESAN KH. HILMI AMINUDDIN "Risalah Udzma, Wadzifatul Khilafah, dan Muhimmatud Da’wah" (2)
INSPIRASI DAKWAH USTADZ HILMI AMINUDDIN
Inspirasi UHA (209) : TIGA PESAN KH. HILMI AMINUDDIN "Risalah Udzma, Wadzifatul Khilafah, dan Muhimmatud Da’wah" (2)
Saya ingin menggambarkan betapa risalah ubudiyah pada Allah SWT itu sebagai misi agung. Makhluk yang menempel di sebutir pasir itu diberi posisi, diberi misi agung ibadah, dan posisinya otomatis sebagai ‘abid (hamba). Dalam terminologi manusia, hamba itu adalah mereka yang dicabut integritas pribadinya, keinginannya, dan hak-hak sosialnya. Tapi terminologi Allah lain. Hamba yang disebut ‘hamba’ oleh Allah justru makhluk mulia. Bahkan makhluk termulia pun, yaitu Rasulullah SAW disebut sebagai hamba. Seperti dalam surat Israa’ ayat 1,
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kekuasaan) kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Banyak sekali dalam ayat lain disebutkan, termasuk dalam surat Maryam, umpanya tentang Zakaria,
ذِكْرُ رَحْمَةِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا
“(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhanmu kepada hamba-Nya, Zakaria.” (Q.S. Maryam: 1)
Jadi posisi penghambaan kepada Allah SWT adalah posisi yang sangat agung. Karena kita makhluk, jasad renik, yang ‘nempel di pasir’, boleh berhubungan langsung dengan Allah.
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu…” (Q.S. Al-Mu’min: 60)
Boleh berhubungan dengan Yang Maha Pencipta dan Maha Agung, padahal kita maha kecil maha hina, dan maha kerdil. Kita dipersilakan untuk meminta apa pun. Dan Allah SWT selalu melayani saja. Padahal Dia sudah demikian ‘sibuk’.
كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ
“Setiap waktu Dia dalam kesibukan “ (Q.S. Ar-Rahman: 29)
Setiap hari Allah sibuk tapi tidak pernah lelah. Tidak pernah capek, tidak pernah mengantuk. Kita makhluk hina ini dilayani terus. Bermiliar makhluk termasuk binatang, dilayaninya semua. Dilayani terus, dibantu, ditolong, difasilitasi, terus seperti itu…
Ini letak keagungan yang pertama.
Sumber: Risalah.id
BERSAMBUNG
Comments
Post a Comment