Inspirasi UHA (211) : TIGA PESAN KH. HILMI AMINUDDIN "Risalah Udzma, Wadzifatul Khilafah, dan Muhimmatud Da’wah" (4)

INSPIRASI DAKWAH USTADZ HILMI AMINUDDIN



Inspirasi UHA (211) : TIGA PESAN KH. HILMI AMINUDDIN  "Risalah Udzma, Wadzifatul Khilafah, dan Muhimmatud Da’wah" (4)


Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata.


خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا ثُمَّ قَالَ هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ ثُمَّ خَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ هَذِهِ سُبُلٌ قَالَ يَزِيدُ مُتَفَرِّقَةٌ عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ إِنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ

“Rasulullah SAW membuat sebuah garis lurus bagi kami, lalu bersabda, “Ini adalah jalan Allah,” kemudian beliau membuat garis lain pada sisi kiri dan kanan garis tersebut. Lalu bersabda,” Ini adalah jalan-jalan (yang banyak). Pada setiap jalan ada setan yang mengajak kepada jalan itu,” kemudian beliau membaca.


إِنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya.” (Q.S. Al An’am:153).


Jadi di kiri kanan shiroti mustaqima ini—ada posko, ada  penjaga yang aktif mengajak melakukan penyimpangan, atau mungkin sekadar untuk mampir.


Dalam surat Al-Ankabut ayat 12 disebutkan,


وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا اتَّبِعُوا سَبِيلَنَا وَلْنَحْمِلْ خَطَايَاكُمْ وَمَا هُمْ بِحَامِلِينَ مِنْ خَطَايَاهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ

“Dan orang-orang yang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman, ‘Ikutilah jalan kami, dan Kami akan memikul dosa-dosamu,’ padahal mereka sedikit pun tidak (sanggup) memikul dosa-dosa mereka sendiri. Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta.”


Kalau kita katakan, “Itu jalan salah, itu jalan berbahaya, nanti ada siksaan, pokoknya jalan batil, mereka menjawab, ‘walnahmil khathayakum. Biar kami yang menanggung dosa kalian.’

Kenapa berani begitu? Karena memang pada dasarnya mereka tidak pernah beriman kepada akhirat, kepada azab, makanya berani saja. Karena tidak beriman, tidak punya keyakinan kepada azab, terhadap hari kiamat, terhadap hari perhitungan maka mereka siap menanggung kesalahan siapa pun yang mau mengikuti.

Kata Allah, “Wa ma hum bihamilina min khatayahum min syai wa innahum lakadzibun. Mereka tidak akan sanggup memikul beban dosa mereka sendiri, apalagi yang diajak… innahum lakadzibun, sesungguhnya mereka berdusta…


Jadi, subul ini banyak.


Sumber: Risalah.id



BERSAMBUNG

Comments

Popular posts from this blog

Ringkasan Risalah Al-Aqa'id Hasan Al-Banna

Dokumentasi Sesi Akhir dan Wisuda Sekolah Pembina Batch #1 dan #2 tgl 26 Januari 2025

Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan Halaqah dalam Dakwah dan Harakah