Inspirasi UHA (212) : TIGA PESAN KH. HILMI AMINUDDIN "Risalah Udzma, Wadzifatul Khilafah, dan Muhimmatud Da’wah" (5)
🪴🪴🪴🪴🪴
INSPIRASI DAKWAH USTADZ HILMI AMINUDDIN
Inspirasi UHA (212) : TIGA PESAN KH. HILMI AMINUDDIN "Risalah Udzma, Wadzifatul Khilafah, dan Muhimmatud Da’wah" (5)
وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ
Jangan sekali-kali mengikutinya. Kalau ittiba’us subul.. fatafarraqa… akan tercerai berai dari jalan yang lurus. Jadi, menjaga eksistensi kita berjalan di jalan yang lurus sebagai dai, tanggung jawabnya berlipat ganda dibanding yang tidak menyatakan diri sebagai dai, tidak sebagai jamaah dakwah. Tanggung jawabnya lebih besar.
Makanya, dalam situasi apa pun—tindakan, kata-kata, ucapan, langkah-langkah, apakah institusional, prosedural, struktural, dan komunikasi apa pun—harus dikalkulasi masih dalam konteks ibadah atau tidak? Kalau sudah tidak dalam konteks ibadah, naudzubillahi min dzalik… walaupun mungkin kalkulasi materiel duniawi sebuah sukses.
وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
“…mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (Q.S. Al-Kahfi: 104)
Padahal itu hanya ilusi saja merasa berbuat baik. Semuanya tidak ada. la dunya wa la akhirah karena kata Allah,
فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
“…lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (Q.S. Al-Furqan: 23).
Semua pekerjaan yang terkontaminasi oleh subul tadi, walaupun tampak sukses secara duniawi, kata Allah ‘bagaikan debu yang berterbangan’ yang tidak mempunyai bobot dan tidak bernilai sama sekali.
Bahkan, naudzubillahi min dzalik, jika terjerumus kepada kezaliman, Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, menyebutnya sebagai orang pailit.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ، فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ – رواه مسلم
“Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, ‘Tahukah kalian siapakah orang yang muflis (bangkrut) itu? Para sahabat menjawab, ‘Orang yang muflis (bangkrut) diantara kami adalah orang yang tidak punya dirham dan tidak punya harta.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘Orang yang muflis (bankrut) dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) melaksanakan shalat, menjalankan puasa dan menunaikan zakat, namun ia juga datang (membawa dosa) dengan mencela si ini, menuduh si ini, memakan harta ini dan menumpahkan darah si ini serta memukul si ini. Maka akan diberinya orang-orang tersebut dari kebaikan-kebaikannya. Dan jika kebaikannya telah habis sebelum ia menunaikan kewajibannya, diambillah keburukan dosa-dosa mereka, lalu dicampakkan padanya dan ia dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim, Turmudzi & Ahmad)
Rasulullah mengatakan, “al-muflisu min ummatii ya’tii yaumal qiyaamati bi shalatin wa shiyamin wa zakaatin” “mungkin juga wa jihadin wa dakwatin dan wa..wa..wa seterusnya….” tapi karena kezaliman… faqod dzolama hadza…faqad safaka hadza… seterusnya perbuatan-perbuatan yang rusak itu, katanya nanti naudzubillahi min dzalik, oleh Allah dosa-dosa yang madzlumnya itu akan diberikan dibebankan kepadanya.
Kalo dosanya sudah habis nanti kebajikan dia diberikan kepada yang madzlum. Sampai tidak punya apa-apa. Kemudian dilemparkan ke neraka.
Jadi tadzkirah kepada saya dan kepada semuanya. Jangan sampai jadi Ketua Majelis Syuro muflis. Jadi Gubernur muflis. Jadi menteri muflis. Jadi bupati, jadi walikota muflis, akibat terpental dari garis ‘ubudiyah tadi.
Ini materi dasar yang harus dari waktu ke waktu kita perdalam. Kita resapi, hayati dan selalu menjadi kalkulasi kehidupan. Semua kita tidak ada yang ma’sum (terbebas dari kesalahan). Tapi jangan sampai membuat kesalahan yang membuat kita terpental dari posisi ‘ubudiyah tadi.
Ikhwan dan akhwat rahimakumullah. Itu tadzkirah saya yang pertama, harus ingat kepada risalah udzma kita, bahwa kita dalam posisi ibadah, menghadapi pemilu, menghadapi pilkada, pileg, apa pun, termasuk aktivitas kerja struktural, atau di rumah tangga, hitungannya itu jangan sampai kita keluar dari garis ibadah itu. Jangan sampai menjadi makhluk yang desersi dari kumpulan makhluk semesta raya yang semuanya bertasbih bertahmid kepada Allah SWT.
Sumber: Risalah.id
BERSAMBUNG
Comments
Post a Comment