Dimensi Organisasi dalam Pertumbuhan Sosial Dakwah
🪴🪴🪴🪴🪴
INSPIRASI DAKWAH USTADZ HILMI AMINUDDIN
Inspirasi UHA (194) : *Dimensi Organisasi dalam Pertumbuhan Sosial Dakwah*
@ Diolah dari berbagai sumber.
Ustadz Hilmi Aminuddin menjelaskan, pertumbuhan sosial dakwah adalah bagaimana dakwah dapat semakin berpengaruh secara positif terhadap masyarakat seiring dengan pertumbuhan kualitatif dan kuantitatifnya.
Di dalam dakwah, yang ditumbuhkan bukan saja terkait dengan aspek-aspek kualitatif yang berkaitan dengan kepribadian internal, seperti iman, takwa, akhlak, ilmu dan sebagainya, tapi kepribadian eksternal juga ditumbuhkan, yang menyebabkan seseorang dapat diatur dan dikelola.
Kalau seseorang terikat dalam ikatan organisasi maka dia akan bersama-sama mengembangkan kegiatan secara sinergis.
Misalnya menjalankan agenda rutin, seperti rapat, musyawarah, perencanaan, serta program kerja. Masing-masing aktivis mampu berdialog ketika menemukan cara pandang yang berbeda.
Bila sudah memiliki kemampuan sosial seperti ini, maka keputusan syura yang dihasilkan terasa nyaman, karena semua yang terlibat sudah mengerti kaidah-kaidah musyawarah.
Setiap pelaku dakwah mengerti bahwa dalam musyawarah, pendapatnya tidak selalu digunakan. Dalam musyawarah karena harus ada keputusan saat mengambil satu pilihan dari banyak alternatif usulan yang berkembang.
Keputusan apa pun yang diambil saat musyawarah, apabila setiap aktivis telah memiliki kepribadian eksternal yang berdimensi organisasi maka dia akan tetap taat keputusan.
Mereka akan bersedia menjalani penataan organisasi dan melaksanakan program-program yang telah diputuskan oleh organisasi, meskipun keputusan yang dihasilkan bukan berasal dari ide atau usulannya.
Inilah yang disebut bahwa seseorang diharapkan punya kepribadian yang berdimensi organisasi, agar dakwah dapat optimal memberikan kemanfaatan bagi masyarakat luas.
Kalau masing-masing hanya cenderung pada egonya, hal seperti ini tidak akan optimal. Karena berkumpul banyak tokoh hebat tapi masing-masing bekerja sendiri, sesuai dengan keinginan dan pendapatnya. Tidak taat kepada keputusan organisasi.
Seakan-akan dakwah telah menghimpun banyak potensi tapi masing-masing tidak terkoordinasikan dan berjalan sendiri sesuai dengan kemauan dan kecenderungannya sendiri. Bahkan membuat gerbong dan melakukan konsolidasi sendiri. Ada organisasi di dalam organisasi. Ini akan merusak dan menghancurkan tatanan.
Di antara dimensi organisasi yang hendaknya dimiliki oleh aktivis dakwah adalah kedisiplinan organisasi. Bahwa di dalam organisasi ada tatanan, aturan dan mekanisme yang harus dipenuhi.
Sehebat dan sebagus apa pun kualitas diri seseorang, di dalam berorganisasi haruslah mengikuti aturan dan disiplin organisasi. Di antara dimensi organisasi yang lain adalah mengedepankan musyawarah, mampu bekerja dalam tim, serta mampu berkoordinasi dan berkonsolidasi.
Semua itu merupakan syarat yang harus dipenuhi agar dakwah memiliki pertumbuhan sosial.
Kalau potensi-potensi yang dihimpun dari SDM dakwah memiliki kepribadian yang berdimensi organisasi, maka semua potensi itu akan dapat dialokasikan, diterjunkan, diberi amanah, dan diberi tugas untuk melakukan beragam amanah dakwah di tengah masyarakat yang sangat luas.
Namun jika potensi-potensi yang terhimpun itu masing-masing tidak memiliki disiplin organisasi, yang akan terjadi hanyalah potensi yang berserak tanpa terhimpun.
Misalnya sudah ada hasil syura tapi tidak dikerjakan dan malah mengerjakan hal-hal di luar syura. Atau tipe aktivis yang tidak bisa bekerja dalam tim, meskipun potensinya sangat hebat, ia cenderung tidak bisa terkonsolidasikan.
Ibaratnya seperti sapu lidi. Dia bisa bermanfaat apabila dikumpulkan dan diikat. Kalau lidi hanya satu, atau banyak tapi tidak terikat dan terkumpul, maka akan sulit digunakan, dan kalaupun dapat digunakan, hasilnya tidak optimal.
Comments
Post a Comment