MENGUBAH DENGAN KASIH SAYANG

 MENGUBAH DENGAN KASIH SAYANG



Oleh: Cahyadi Takariawan


Salah satu pelajaran penting yang saya dapatkan dari kiprah dakwah ustadz Hilmi Aminuddin –Allahuyarham adalah “mengubah dengan kelembutan dan kasih sayang”.


Sepanjang berinteraksi dengan beliau, saya tidak pernah mendengar beliau mengajarkan kekerasan dan permusuhan untuk melakukan perubahan. Bahkan beliau mengajarkan kaidah-kaidah dakwah yang bersumber dari sifat rahmah, kasih sayang.


Saya meyakini, ustadz Hilmi Aminuddin benar-benar meneladani kisah dakwah para Nabi Allah. Para Nabi menyampaikan kebenaran dengan tegas, tanpa rasa takut dan gentar terhadap orang-orang yang tidak menyukai seruan itu. Namun yang amat menarik adalah, cara penyampainnya dilaku¬kan dengan halus, lembut dan kasih sayang. 


Nabiyullah Ibrahim menentang kekafiran bapak dan kaumnya dengan lembut lembut. Perhatikan kisah dialog Ibrahim dengan bapaknya, yang diabadikan dalam Qur'an surat Maryam ayat 41 sampai 50. 


Nabi Ibrahim memanggil bapaknya dengan "Yaa abati", suatu panggilan yang amat lembut dan hormat, lebih hormat dibandingkan dengan "Ya abi", kendatipun artinya sama, yaitu wahai bapakku. 


Ibrahim mengarahkan bapaknya kepada tauhid dengan bentuk pertanyaan yang lembut (QS. 19: 42), meski demikian bapaknya tetap marah kepada beliau, sehingga akhirnya diusir dari rumah (QS.19: 46).


Meskipun nabi Ibrahim diusir, hal itu bukan karena kekasaran dan kekakuan sikap beliau dalam usaha mengubah keyakinan ideologis bapaknya. Oleh karena itu, sekalipun terusir, Ibrahim tetap bersikap lembut dan kasih sayang. 


Ia tidak brutal dan kasar, bahkan memberikan salam kepada bapaknya sebelum pergi, "Salaamun 'alaika" (QS. 19: 47) dan berdoa untuk keampunan bapaknya.


Nabiyullah Musa dan Harun diperintahkan menghadapi rejim Fir'aun yang kufur  dengan lemah lembut, tidak dengan kasar, sebab tugas Musa adalah memberi peringatan dan mengajak kepada keima¬nan. 


Padahal seperti yang kita sering dengar, Fir'aun adalah seorang raja yang amat kejam dan zhalim, sementara itu Musa adalah seorang pemuda yang bertubuh kuat. Namun ternyata, Musa yang gagah perkasa ini harus menghadapi Fir'aun yang zhalim dengan lemah lembut:


"Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya ia telah melampaui batas, maka  bicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah-lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut" (QS. Thaha : 43-44). 


Meskipun kepada orang yang memusuhi dakwah, kita tetap dianjurkan agar bersikap lembut kepada mereka. Sebagaimana Rasulullah SAW berhadapan dengan musuh-musuh dakwah, namun beliau dengan kasih sayang mendoakan mereka, "Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku, sesungguhnya mereka tidak tahu". 


Para rasul terdahulu menyeru manusia untuk diajak beriman, dengan panggilan "Ya qaumi", suatu panggilan yang amat mesra dan hubungan yang akrab. Allah Azza Wa Jalla telah mengingatkan agar kita senantiasa berlaku lemah lembut:


"Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.."(QS. Ali Imran: 159).

Comments

Popular posts from this blog

Ringkasan Risalah Al-Aqa'id Hasan Al-Banna

Dokumentasi Sesi Akhir dan Wisuda Sekolah Pembina Batch #1 dan #2 tgl 26 Januari 2025

Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan Halaqah dalam Dakwah dan Harakah